“Cahaya Muda, Bersama untuk Berkarya”
“Mahasiswa
zaman sekarang itu harusnya berperan bukan baperan, menjadi generasi produktif
bukan konsumtif, serta lebih berpikir bukan menjadi tukang nyinyir” itulah
kata-kata pengantar yang disampaikan oleh Christoforus Harjuno Katon, mahasiswa
Sastra Bahasa Inggris, Universitas Sanata Dharma yang merupakan salah satu
peserta
Ikatan
Lembaga Mahasiswa Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (ILM APTIK) 2017.
Seperti yang sering
kita dengar bahwa segala sesuatu dalam hidup ini tidak ada yang terjadi secara
kebetulan, melainkan terdapat maksud dan tujuan dibaliknya. Hal ini seperti
yang dialami oleh kedua fodimers,
yaitu Chris Bintang Juliana (Ketua Umum Fodim periode 2017/2018) dan Hanni
Wijaya (Kepala Bidang Eksternal Fodim periode 2016/2017). Berbekal dari latar
belakang pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa Forum Diskusi Ilmiah Mahasiswa (UKM
Fodim), menjadikan keduanya dipilih secara langsung untuk menjadi perwakilan
dari Unika Atma Jaya Jakarta dalam mengikuti acara Kongres ILM APTIK 2017 batch II. Acara Kongres ILM APTIK 2017
yang bertema ”Cahaya Muda, Bersama untuk Berkarya” ini, diselenggarakan selama
empat hari tiga malam yang dimulai sejak 30 November – 03 Desember 2017 di
Universitas Katolik Widya Karya, Malang.
Dalam kegiatan tersebut, terdapat para
pemimpin-pemimpin muda organisasi
tingkat universitas yang berasal dari delapan perguruan tinggi lainnya yang
tergabung dalam APTIK, antara lain Unika Darma Cendika Surabaya, Unika Widya
Karya Malang, Unika Widya Mandala Surabaya, Unika Widya Mandala Madiun, Unika
Sanata Dharma Yogyakarta, Unika Soegijapranata Semarang, STIK Sint Carolus
Jakarta, STIKES Katolik St. Vincentius A. Paulo Surabaya. Oleh karena itu, ini merupakan
kali kedua kegiatan ini digelar setelah tahun lalu diadakan di Unika Sanata
Dharma, Yogyakarta. Awal mula kegiatan ini terbentuk karena adanya satu tujuan
yang sama untuk saling bersinergi antara universitas-universitas yang tergabung
dalam APTIK. Sehingga, dibuatlah tujuan yang lebih jelas terkait dibentuknya
acara ini untuk mensinergikan perguruan-perguruan tinggi katolik di seluruh Indonesia
dengan mengangkat isu bersama yang diwujudkan dengan bentuk ketanggapan mahasiswa/i terhadap isu yang telah
didiskusikan tersebut. Bila tahun lalu isu yang diangkat adalah pendidikan,
maka ILM APTIK tahun ini mengangkat isu terkait “Lingkungan Hidup”, dan berikut
ini adalah gambaran sepanjang kegiatan pelaksanaan Kongres ILM APTIK 2017.
Pada hari pertama, kegiatan tersebut diawali
dengan pemaparan materi perihal cahaya muda yang dapat ditunjukkan oleh setiap
mahasiswa/i untuk memberikan pengaruh positif bagi lingkungan sekitarnya.
Setelah itu, hari pertama pun berakhir
dengan harapan-harapan yang disampaikan oleh Wakil Rektor III Unika Widya Karya
Malang terhadap setiap mahasiswa/i yang hadir agar dapat saling membenturkan
ide untuk mencapai tujuan bersama pada esok hari saat sidang berlangsung. Hari
pertama berlangsung dan berakhir dengan cukup cepat, tetapi hal tersebut tidak
seperti yang terjadi pada hari kedua. Dalam agendanya, persidangan di hari
kedua terdiri dari dua buah sidang pleno, yaitu sidang pleno pertama yang
membahas mengenai penyesuaian antara tata tertib ILM APTIK pada tahun
sebelumnya dengan tahun 2017, kemudian dilanjutkan dengan sidang pleno kedua yang
membahas terkait evaluasi kinerja dari pelaksanaan program kerja kepengurusan
ILM APTIK pada tahun lalu sesuai dengan isu yang telah disepakati bersama.
Selain itu, pada sidang pleno kedua, setiap perwakilan dari masing-masing perguruan tinggi menyampaikan usul isu nasional yang nantinya akan disepakati bersama untuk dibuat dalam sebuah rencana tindak lanjut. Setiap perwakilan mahasiswa/i dari perguruan tinggi yang ada diminta menyampaikan setiap usulan mengenai isu yang sekiranya perlu untuk diangkat, dan pada kesempatan ini perwakilan Unika Atma Jaya mengajukan isu terkait Suistanable Development Goals (SDG’s) pada sidang yang berlangsung. Begitu banyak hal yang dibahas dalam persidangan ini menjadikan suasana persidangan penuh dengan pro-kontra pendapat antar masing-masing individu dari perwakilan tiap universitas hingga akhirnya terpilihlah isu mengenai lingkungan hidup.
Lalu, dalam sidang pleno ketiga yang
diselenggarakan pada keesokkan harinya, agenda yang dibahas adalah mengenai
program kerja yang akan dilakukan oleh ILM APTIK 2017. Berbagai usul program
kerjapun dipaparkan oleh masing-masing peserta, hingga akhirnya terpilihlah
salah satu program kerja bersama yang sesuai dengan isu nasional yang telah
disepakati, yaitu setiap perguruan tinggi yang masuk dalam ILM APTIK 2017 akan
mengadakan fun run dengan pengumpulan
dana charity untuk disumbangkan dalam
pembiayaan reboisasi dan perawatan hutan-hutan di Indonesia.
Sebelum memasuki pembahasan terkait
program kerja tersebut, sidang pleno ketiga membahas terkait kepengurusan ILM
APTIK yang baru, yang terdiri dari Koordinator Pusat (Korpus), Koordinator
Wilayah (Korwil), Koordinator Isu (Korsu), dan Koordinator Media (Kormed).
Sidang pleno tersebut menghasilkan keputusan dengan terpilihnya beberapa
perguruan tinggi menjadi koordinator-koordinator ILM APTIK periode 2017-2018,
antara lain Unika Darma Cendika sebagai koordinator pusat, Unika Atma Jaya
Jakarta sebagai koordinator wilayah barat, Unika Sanata Dharma sebagai
kordinator wilayah tengah, Unika Widya Mandala Surabaya sebagai koordinator
wilayah timur, Unika Widya Karya Malang sebagai kordinator isu, dan Unika Soegijapranata
sebagai kordinator media.
Namun, berhubung
Unika Atma Jaya Jakarta dan STIK Sint Carolus Jakarta baru tergabung dalam ILM
APTIK pada tahun ini, maka kedua universitas tersebut diminta untuk mendeklarasikan
universitasnya terlebih dahulu sebagai anggota dari ILM APTIK seperti yang
tampak pada gambar di bawah ini.
Suatu kesempatan yang luar biasa bagi
Fodim, karena 2 dari anggota Fodim bisa mewakili Atma Jaya untuk mengikuti
acara tersebut. Bahkan juga turut berpartisipasi dalam membenturkan ide dan gagasan
untuk merancang kegiatan bersama dalam nama ILM APTIK 2017 yang harapannya akan
dapat menyebarkan dampak positif bagi lingkungan sekitar serta seagai wujud ketanggapan
dan kepedulian mahasiswa-mahasiswi terhadap permasalahan-permasalahan yang di lingkup
sekitarnya.
(Chris Bintang Juliana – Hanni Wijaya)
“Hidup
Mahasiswa!”