Usulan
Tes Keperawanan Tidak Berkorelasi dengan Tujuan Pendidikan
Akhir-akhir
ini, berita mengenai usulan tes keperawan sedang ramai dibicarakan. Berita
mengenai usulan tes keperawanan ini mengundang banyak sekali pendapat dari
berbagai pihak. Redaksi ingin melihat pandangan mengenai berita ini melalui
salah satu FODIMers yaitu Mentari dari SIPOSTARU XXI. Berikut adalah percakapan
yang redaksi lakukan bersama dengan Mentari.
I :
Interviewer N : Narasumber
I: Halo, Tari, jadi gue mau tanya-tanya nih tentang berita usulan tes
keperawanan nih, mau tahu tentang pendapat lu gitu, ada waktu gak
nih?
N: Iya, boleh kok.
I: Apa sih yang lu tahu mengenai tes keperawanan?
N: Yang gue tahu sih gak banyak tapi dari artikel yang gue baca
itu beritanya cukup heboh karena ada beberapa anak cewek
yang terlibat prostitusi, ternyata gak mereka doang nih yang terlibat
prostitusi tapi ternyata temen-temennya juga terlibat sehingga semakin terekspos lah berita keperawanan ini. Hal ini jadi semakin menunjukan kalau ternyata banyak anak di bawah
umur terlibat prostitusi.
I: Menurut pandangan lu kenapa sih prostitusi banyak dilakukan oleh
pelajar?
N: Karena umur-umur remaja itu butuh
eksistensi dan mereka berpikir kalau eksistensi itu butuh
materi. Nah kenapa masuk ke prostitusi? Karena prostitusi itu gak butuh gelar,
gak peduli lu pinter atau nggak sehingga ketika lu mau mencari materi dengan
mudah maka kebanyakan dari mereka lari ke prostitusi.
I: Apa saja sih yang menyebabkan hal itu bisa terjadi?
N: Karena
banyak orangtua yang gak tahu pergaulan anaknya itu seperti apa, jadi kayak kurang perhatian. Harusnya orangtua itu menjaga tali komunikasi sama
anak-anaknya, dari mulai hal kecil sampai dengan hal besar mereka
harus terbuka sama orangtuanya.
I: Terus faktor-faktor apa sih yang membuat para pelajar bisa terjun
ke hal-hal negatif itu?
N: Menurut gue sih, faktornya itu berhubungan dengan pendidikannya juga sih. Gue gak ngerti apa yang mesti ditingkatin dari pendidikan itu tapi mungkin
seperti meningkatkan pendidikan moral dan sex education biar nanti pelajar-pelajar ini gak penasaran.
Apalagi pada umur-umur segitu memang lagi penasaran banget. Selain
pendidikan, ada dari pergaulannya juga karena pada umur segitu, moral
sama iman mereka itu gak kuat jadi lebih gampang kebawa ke
pergaulan yang gak sehat.
I: Kalau dalam konteks pendidikan, menurut lu tes keperawanan itu sesuai atau tidak untuk dilakukan?
N: Nggak, karena mereka masih anak-anak. Terus ada juga
Undang-undang yang mengatakan kalau setiap warga negara
berhak memperoleh pendidikan. Nah kalau mau memperoleh pendidikan saja harus
lulus tes keperawanan, itu sama saja seperti mengambil hak seseorang. Lagipula
harusnya untuk memperoleh pendidikan, gak peduli dia itu perawan atau gak tapi
lebih ke hal-hal lain seperti pintar, berprestasi, niat untuk belajar, dan
lain-lain.
I: Kalau usulan tes keperawanan ini beneran
terjadi, efektif gak sih kalau diterapkan di dunia pendidikan?
N: Gak
lah, gak efektif karena perawan atau tidaknya seorang perempuan itu bukan
dinilai dari robeknya selaput dara. Selaput dara kan gak cuma gara-gara pernah
berhubungan seks tapi bisa juga karena dia pernah jatuh, pernah melakukan
olahraga berat.
I: Nah kalau di luar dari konteks pendidikan, tes
keperawanan itu sesuai atau tidak untuk dilakukan pada remaja atau wanita?
N: Nggak juga, soalnya gak menjunjung HAM, merendahkan kodrat
wanita, dan gak adil karena objeknya cuma cewek sedangkan cowok gak bisa
diperiksa masih perjaka atau gak. Lagipula keperawanan itu bersifat personal.
Baik atau tidaknya orang gak bisa dilihat dari keperawanannya.
I: Melihat usulan tes keperawanan ini, lu prihatin gak sih?
N: Sebenernya gue itu bukan prihatinnya
karena ada usul tes keperawanannya tapi lebih ke moral pelajarnya bahkan
dari dulu gue juga sudah prihatin sama pergaulan pelajar. Jadi tes
keperawanan ini kan ada juga karena memang moral pelajarnya sudah jelek, dari
dulu sebenernya pergaulan bebas ini memang sudah sering terjadi namun
belum terekspos. Pergaulan bebas terutama prostitusi jadi semakin
terekspos akibat berita usulan tes keperawanan ini.
I: Ada gak nih saran untuk para pelajar di luar sana biar gak
terjerumus ke hal-hal negatif?
N: Eksplore
diri lu ke hal-hal yang lebih positif dan jauh dari hal-hal yang berbau seksual karena akibatnya itu lebih banyak dari kesenangan yang didapat. Akibatnya
bisa saja pertama kalau sampai lu hamil, lu harus nenteng-nenteng perut
gede selama sembilan bulan, dan kehilangan masa remaja lu. Sekalipun lu
gak hamil, lu membohongi teman- teman dan keluarga lu karena ya pergaulan
lu kayak gitu.
I: Oke, terima kasih banyak atas waktu dan
pendapatnya ya, Tari
N: Iya, sama-sama
Sekian
percakapan dengan Mentari yang dilakukan pada tanggal 16 September 2013 di
sekre FODIM. Isi dari percakapan ini sudah disetujui oleh Mentari sebagai
narasumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar