Tampilkan postingan dengan label People. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label People. Tampilkan semua postingan

Selasa, 24 Juni 2014

Anies Baswedan, Tokoh Pendidikan Indonesia Masa Kini

Siapa yang tidak kenal sosok intelektual muda Indonesia Anies Baswedan. Pria kelahiran Kuningan 7 Mei 1969 ini adalah cucu dari Anies Rasyid Baswedan Ph.D, pejuang pergerakan nasional yang pernah menjadi Menteri Penerangan masa awal Kemerdekaan Indonesia. Beliau anak pertama Drs. Rasyid Baswedan (Dosen Fakultas Ekonomi UI) dan Prof. Dr. Aliyah Rasyid (Dosen Fakultas Ilmu Sosial, UNY). Sejak kecil, Anies Baswedan sudah akrab dengan dunia organisasi dan kepemimpinan. Hal itu terlihat saat dirinya baru berusia 12 tahun, ketika ia membentuk kelompok anak-anak muda yang berumur 7-15 tahun di kampungnya yang diberi nama "KELABANG" (Klub Anak Berkembang), dengan berbagai kegiatan olahraga dan kesenian di dalamnya. Berkat ketekunannya didalam belajar, saat SMA Anies terpilih mewakili sekolahnya dalam program AFS, di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat (1987-1988). Pendidikan yang beliau dapatkan di Amerika membuat wawasannya semakin luas.

Sepulangnya Anies ke Indonesia, beliau mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan jurnalistiknya. Anies terpilih sebagai salah satu pewawancara yang berkesempatan mewawancarai tokoh-tokoh nasional. Kesempatan ini membuat cakrawala pengetahuannya semakin luas. Ia  melanjutan kuliah di UGM dan saat itu beliau mendapatkan beasiswa kuliah musim panas di Univesitas Sophia di Jepang. Setelah lulus kuliah di UGM pada tahun 1995, Anies bekerja di Pusat Antar Universitas Studi Eknonomi di UGM. Lalu, beliau dapat beasiswa Fulbright untuk master bidang International Security dan Economic Policy di Universitas Maryland, serta masih banyak prestasi membanggakan yang Anies lakukan.

Dibesarkan di dalam keluarga yang mementingkan pendidikan membuat dirinya terus belajar dan bertekad untuk memajukan Indonesia melalui jalur pendidikan. Akhirnya, pada tahun 2009 Anies memutuskan untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan nirlaba yang merekrut, melatih dan mengirim generasi muda terbaik bangsa ke berbagai daerah di Indonesia untuk mengabdi sebagai Pengajar Muda (PM) di Sekolah Dasar (SD) dan masyarakat selama satu tahun. Lembaga inilah yang kita kenal sebagai Indonesia Mengajar. Lewat Indonesia Mengajar, Anies berharap generasi muda bangsa Indonesia dapat turut serta mengajar, berbagi ilmu pengetahuan serta memberikan inspirasi bagi anak-anak negeri sehingga nantinya cita-cita bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dapat terwujud.

Berkat dedikasinya di dunia pendidikan khususnya Indonesia, akhirnya April 2010, Anies Baswedan terpilih sebagai 1 dari 20 tokoh pembawa perubahan dunia untuk 20 tahun mendatang versi Majalah Foresight atas penilaian bahwa Anies sebagai calon pemimpin yang mampu memberikan perubahan positif bagi Indonesia. Beliau disandingkan dengan 19 tokoh dunia seperti Vladimir Putin, Hugo Chavez, dan yang lainnya. (VDG)

*Dari berbagai sumber

Marissa Anita, Dulu Pernah Tidak Suka Sekolah dan Belajar

Sosok presenter wanita Indonesia, Marissa Anita bisa di bilang nyaris sempurna. Ia selalu terlihat cantik, cerdas dan berwawasan luas. Pastilah banyak orang yang menduga bahwa Marissa sudah memiliki bakat dan kepintaran sejak ia kecil. Tapi tahukah FODIMers ternyata dugaan tersebut salah. Marissa mengaku tidak menyukai sekolah dan seluruh proses belajar sejak SD hingga SMP. Hal tersebut membuat ia menjadi siswi yang kurang berprestasi dan sering mendapat ranking dua atau tiga dari belakang. Setiap masuk sekolah ia tidak punya semangat untuk belajar, "kalau sekolah itu kayak enggak tahu passion-nya apa," aku Marissa. Namun, ketika Marissa menginjak kelas 3 SMP semuanya berubah berkat motivasi yang ditularkan oleh temannya yang bernama Tita. Tita adalah sesosok wanita cantik dan sangat pintar. Tita lah yang membantu Marissa untuk memahami semua bagian pelajaran yang tidak ia mengerti. Tita juga berkali-kali meyakinkan diri Marissa bahwa Marissa bisa melakukan segala hal. Sejak itu lah Marissa mulai serius untuk belajar dan akhirnya berhasil lulus SMP.

Memasuki masa SMK, Marissa merasa memasuki dunia baru sehingga ia semakin semangat untuk belajar dan mengukir prestasi. Hal itupun dibuktikan saat Marissa kelas 1 SMK, ia berhasil masuk peringkat 16 dan semakin meningkat hingga kelas 3 SMA ia berhasil meraih ranking 3 di SMK dengan jurusan tourism. Semangat belajarnya terus mengikutinya sampai dibangku kuliah. Marissa memilih untuk berkuliah S1 di UNIKA ATMA JAYA jurusan Pendidikan Bahasa Inggris karena memang sejak kecil ia sangat menyukai bahasa. Kecintaannya akan bahasa dapat membuat dirinya menguasai lima bahasa sekaligus yaitu Bahasa Inggris, Jepang, Mandarin, Prancis dan Italia.

Setelah Lulus S1 dengan IPK 3,82, Marissa memutuskan untuk meneruskan pendidikan ke tingkat S2 di University of Sydney, NSW, Australia jurusan Jurnalistik. Setelah menyelesaikan S2 dan kembali ke Indonesia, ia memutuskan untuk bergabung dengan Metro TV sebagai seorang reporter. "Enggak nyangka, ternyata saat di Metro TV, saya bisa melewati itu semua. Mulai masuk di Metro TV, tahun 2008 dan selama 3 tahun saya menjadi reporter dulu" jelas Marissa. Berkat kerja kerasnya akhirnya peluang menjadi presenter berita pun berhasil ia raih dan sekarang wajah cantik Marissa Anita sering kali menyapa pemirsa dengan membawakan berita-berita terhangat.

Kisah Marisa Anita dapat memberikan arti kepada kita semua bahwa tidak ada kata terlambat untuk mau terus belajar. Kemauan serta semangat berjuang sangat penting untuk menggapai cita-cita. Buktinya, kecintaan Marisa untuk terus belajar dapat membuat Marissa Anita mencapai kesuksesan kan FODIMers :). (VDG)

Sumber: www.tempo.co/ dan www.tabloidnova.com

Sabtu, 28 Desember 2013

Rini Sugianto: Animator Indonesia Berkarya Hingga Hollywood

Siapa sih yang tidak tahu karakter kartun seorang pria jurnalis yang memiliki rambut pirang berjambul dan selalu ditemani oleh seekor anjing lucu bernama snowy? Yups, Tintin namanya. Siapa yang menyangka bahwa di balik kesuksesan lahirnya Film Tintin: ‘Secret of The Unicorn’ ada seorang animator asal Indonesia yang terlibat dalam pembuatan film ini, animator tersebut bernama Rini Sugianto.
Perempuan kelahiran Bandar Lampung ini bukan perempuan yang takut akan hal baru. Terlihat dari pilihannya untuk menjalani masa SMA di Bogor, kemudian mengambil kuliah S1 di Universitas Parahyangan Bandung jurusan arsitektur. Setelah lulus arsitektur, Rini sempat magang dan mempelajari teknik 3 dimensi (3D) yang akhirnya membuat ia jatuh cinta dan memutuskan untuk mendalami hal tersebut, namun pada waktu itu di Indonesia belum ada sekolah yang menyediakan pendidikan mengenai 3D. Meskipun begitu, Rini tak berhenti di situ saja. Akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan S2-nya di Academy of Art University, jurusan animasi di San Fransisco, Amerika Serikat (AS).
Kesuksesan atas usahanya dalam pembuatan film Tintin dijadikan Rini sebagai batu loncatan untuk terus berani berkarya di dunia internasional. Setelah menyelesaikan tugasnya dalam pembuatan film Tintin, Rini mencoba terjun kembali untuk turut serta ambil bagian dalam pembuatan film-film yang berhasil menduduki posisi teratas box office. Film-film tersebut di antaranya adalah Planet of the Apes, The Avengers, The Hobbit: 'An Unexpected Journey', Iron Man 3, The Hunger Games: Catching Fire, serta yang terakhir dan baru saja ditayangkan adalah film The Hobbit: ‘The Desolation of Smaug’.
Meskipun karya-karyanya sudah terbilang suskes, Rini ternyata masih mempunyai keinginan yang lain. Keinginannya sekarang adalah terlibat dalam pembuatan film sebanyak-banyaknya dan ingin mencoba feature animation seperti Dreamworks atau Pixar. Menurut perempuan yang banyak menghabiskan waktunya di Jakarta ini, banyak animator asal Indonesia yang sudah mendunia. Hal itu menunjukkan Indonesia tidak kalah saing dengan animator asing. Sayangnya, animasi di Indonesia masih baru sehingga lapangan kerja bagi para animator lebih terbuka di luar negeri seperti Australia dan Amerika Serikat. Meskipun begitu, ia mendorong para animator Indonesia untuk tetap percaya diri melangkah dan menunjukkan karyanya. Rini juga mengaku bahwa saat menjadi juri, ia melihat banyak karya anak Indonesia yang menarik dan hal itu menjadi pertanda baik karena sudah banyak komunitas animasi dan 3D di Indonesia.
Rini Sugianto merupakan salah satu contoh dari sekian banyak animator Indonesia yang sudah sukses di dunia Internasional. Kisah Rini dapat menginspirasi kita bahwa berawal dari sebuah kecintaan ternyata dapat membuat kita mencapai kesuksesan loh FODIMers. Jadi, untuk yang berkeinginan mengikuti jejak Kak Rini, terus berkarya dan jangan pantang menyerah ya J. (VDG)
*Dari berbagai sumber

Christy Zakarias: Pelajar Indonesia, Peraih Diana Award

Berawal dari keprihatinan minimnya pengetahuan bahasa inggris  anak-anak di Lengkong, Kecamatan Serpong, Kota Tanggerang Selatan, Christy Zakarias dan teman-temannya bertekat untuk memberikan pendidikan berbahasa inggris kepada para anak 'kampung' di Lengkong secara gratis. Tekat itu diperkuat ketika Christy menemukan kemauan belajar dari anak-anak di Lengkong. Berikut adalah kutipan yang kami ambil dari Indopos ’’Saat kami sedang penelitian, ada anak-anak yang juga sedang berenang di aliran sungai Cisadane. Mereka sedikit bingung dengan bahasa kami. Lalu saya tanya sama mereka, apakah mau belajar bahasa Inggris? Dan mereka menjawab mau” Jelas Christy. Christy dan teman-temannya menamai komunitas kegiatan edukasi bahasa Inggris untuk anak-anak kurang mampu yang mereka asuh ini sebagai RIVERIA. RIVERIA sendiri dari dua kosakata River yang berarti sungai dan Ria yang berarti bahagia. Makna yang terkandung sungai yang penuh kebahagiaan.
Setelah berkonsultasi dengan guru pembimbing di sekolahnya, akhirnya Christy yang masih duduk di kelas 7 waktu itu dibantu dengan 20 teman-teman sekolahnya di Sinar Mas Academy World memulai proyek ini pada bulan Mei 2013. Pertama kali kelas tersebut dibuka Christy dan teman-temannya mengajar 30 siswa dengan tiga kelompok kelas yang berbeda, yaitu kelompok pemula, kelompok menengah dan kelompok atas. Pada umumnya para siswa ini masih duduk dibangku 6 SD sampai dengan 3 SMP. Kegiatan belajar dilaksanakan di MI Tarbiyatul Islamiah setiap hari Jumat pukul 15.00 sampai 16.30. Metode pengajaran yang diberikanpun bervariasi mulai dari games interaktif, conversation hingga ujian yang dilakukan setiap delapan bulan sekali. Dalam memenuhi kebutuhan pendanaan untuk kegiatan mengajar bahasa Inggris yang mereka berikan, Christy dan teman-temannya menggalang dana dari kegiatan bazaar di sekolah maupun kegiatan sosial lainnya.

Berkat kegiatan, usaha dan dedikasi yang diberikan Christy kepada anak-anak di Lengkong akhirnya perempuan kelahiran 19 Juli 1998 ini berhasil memenangkan Penghargaan Internasional Puteri Diana (Diana Award) pada tanggal 30 Mei 2013. Penghargaan tersebut langsung diberikan oleh Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Mark Canning, di Kedutaan Besar Inggris-Jakarta. Bagi Christy penghargaan tersebut di dedikasikan juga untuk rekan-rekan sesam pelajar di SAW yang sudah turut membantu dalam kegiatan yang di langsungkan sekitar lima tahun ini. Oh iya, Christy Zakarias menjadi  orang Indonesia pertama yang memenangkan penghargaan prestisius ini loh FODIMers. Hebat ya? Jadi, untuk FODIMers yang mau berbagi pengetahuan dan wawasan seperti yang dilakukan Christy ini jangan ragu-ragu ya, siapa tahu bisa membawa generasi Indonesia menjadi lebih baik lagi. (VDG)
*Dari berbagai sumber