Sabtu, 01 Juni 2013

Kekerasan dalam Dunia Pendidikan

Kekerasan dalam dunia pendidikan menjadi masalah yang tidak ada habisnya. Salah satunya mengenai kedisiplinan. Banyak pengajar yang tidak mampu membedakan antara berperilaku “tegas” dengan “keras”, sehingga tidak merasa malu untuk melakukan kekerasan dengan dalih untuk melatih kedisiplinan.

Kekerasan yang dilakukan pengajar kepada siswanya, seperti melempar benda ke arah kepala siswa, dijemur di lapangan, dipukuli menggunakan benda tumpul, bahkan mengalami pelecehan seksual. Tidak hanya kekerasan fisik, banyak juga siswa yang mengalami kekerasan verbal dalam bentuk bentakan, ancaman, atau caci-maki yang tak sepantasnya diucapkan di depan kelas.

Kekerasan dalam dunia pendidikan bukanlah sesuatu yang muncul secara tiba-tiba. Sebagai contoh, Masa Orientasi Siswa (MOS) atau Orientasi Pengenalan Kampus (OSPEK).  Kegiatan ini mulanya bertujuan untuk menyambut, sekaligus memberikan pembekalan materi dan pengenalan lingkungan sekolah atau kampus kepada siswa dan maba. Ironisnya, dalam pelaksanaannya kegiatan semacam ini mengalami pe-nyimpangan. MOS dan OSPEK seringkali dijadikan ajang senioritas untuk menunjukkan kekuasaan kepada juniornya yang berujung pada tindakan kekerasan. Senior seringkali berdalih, senioritas ini hanya sekedar menjahili junior dan “balas dendam” atas perlakukan senior terdahulu. Tak jarang, kita mendengar korban tewas akibat penyiksaan yang berlebihan dan tidak manusiawi.

Padahal, tradisi ini sungguh memberikan dampak yang fatal. Tertanamnya nilai-nilai kekerasan dari setiap lini pendidikan, secara tidak sadar akhirnya menjelma menjadi bom waktu yang siap meledak. Kita dapat melihat, berbagai media massa meliput pelecehan fisik, bahkan seksual yang dilakukan pengajar terhadap sejumlah siswanya, dilanjutkan dengan tawuran dan konflik horizontal yang melibatkan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Nyawa generasi penerus bangsa melayang begitu mudahnya.

Tak jarang pula, pemberitaan kasus-kasus perkelahian yang melibatkan pelajar. Mulai dari pengeroyokan siswa di ruang kelas, perkelahian antar geng siswi, hingga perkelahian dua siswi yang tidak hanya disaksikan ramai-ramai namun juga diwasiti oleh guru mereka sendiri. Kekerasan tersebut direkam dan bahkan disebarluaskan melalui media sosial. Pendidikan seharusnya identik dengan pengajaran yang berfokus pada melahirkan generasi muda yang berkarakter. Hal ini sungguh memprihatinkan. Melihat dari sejumlah kasus tersebut, timbul pertanyaan: Ada apa dengan dunia pendidikan Indonesia?


MORGAN DANOEATMADJA
Ketua Umum FODIM 2012/2013

Kami menantikan Kritik dan Saran Anda! Silahkan isi kuesioner kami disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar