
Kekerasan dalam dunia pendidikan bukanlah sesuatu yang muncul secara tiba-tiba. Sebagai contoh, Masa Orientasi Siswa (MOS) atau Orientasi Pengenalan Kampus (OSPEK). Kegiatan ini mulanya bertujuan untuk menyambut, sekaligus memberikan pembekalan materi dan pengenalan lingkungan sekolah atau kampus kepada siswa dan maba. Ironisnya, dalam pelaksanaannya kegiatan semacam ini mengalami pe-nyimpangan. MOS dan OSPEK seringkali dijadikan ajang senioritas untuk menunjukkan kekuasaan kepada juniornya yang berujung pada tindakan kekerasan. Senior seringkali berdalih, senioritas ini hanya sekedar menjahili junior dan “balas dendam” atas perlakukan senior terdahulu. Tak jarang, kita mendengar korban tewas akibat penyiksaan yang berlebihan dan tidak manusiawi.

Tak jarang pula, pemberitaan kasus-kasus perkelahian yang melibatkan pelajar. Mulai dari pengeroyokan siswa di ruang kelas, perkelahian antar geng siswi, hingga perkelahian dua siswi yang tidak hanya disaksikan ramai-ramai namun juga diwasiti oleh guru mereka sendiri. Kekerasan tersebut direkam dan bahkan disebarluaskan melalui media sosial. Pendidikan seharusnya identik dengan pengajaran yang berfokus pada melahirkan generasi muda yang berkarakter. Hal ini sungguh memprihatinkan. Melihat dari sejumlah kasus tersebut, timbul pertanyaan: Ada apa dengan dunia pendidikan Indonesia?
MORGAN DANOEATMADJA
Ketua Umum FODIM 2012/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar