Sabtu, 01 Juni 2013

Saya Ingin Tidak Lupa

Lima belas tahun sudah perjuangan para pejuang kita memperjuangkan reformasi Indonesia dari rezim Orde Baru.

Peristiwa dimulai dari penembakan atas mahasiswa Trisakti, 12 Mei 1998 yang menewaskan 4 "Pahlawan Reformasi" dan disertai berbagai kerusuhan dan sentimen anti-Tionghoa, dan berujung mundurnya Soeharto pada 20 Mei 1998. Perjuangan di kala itu belum usai, karena mahasiswa menginginkan turunnya BJ Habibie karena ketidakpercayaan mahasiswa akan hasil Pemilu 1997.

Kursi kepresidenan berpindah tiga kali pasca-reformasi, namun perjuangan atas kasus 1998 hanya jalan di tempat. Penghilangan paksa aktivis, kasus 26 Juli, penembakan Trisakti dengan peluru tajam, kasus Semanggi I dan II, penjarahan yang disertai konflik horizontal dengan komunitas Tionghoa, boleh kita sebut mana yang sudah selesai? Belum sama sekali! Yang paling mengecewakan, hanya 3 dari 10 fraksi parpol DPR dalam tim khususnya yang menyatakan kasus Trisakti-Semanggi adalah pelanggaran HAM berat. Padahal, banyak saksi mata keberingasan ABRI dan Polri dalam aksinya masa itu. Ada yang mencium bahwa ABRI memang merencanakan penembakan itu. Ada yang bilang, ini ulah segelintir pihak yang ingin menggulingkan Soeharto, agar ia bisa menduduki posisi RI 1.



Di era 2013 ini, banyak media massa melupakan kasus ini. Mereka anggap kasus korupsi daging sapi atau bahkan konflik Eyang Subur lebih menjual. Demo massa peringatan kasus ini menjadi sebatas demo massa yang tidak digubris sama sekali oleh pemerintah. Mahasiswa pun kini banyak yang sudah lupa dengan apa yang terjadi di masa lalu. Mereka yang bertanggungjawab masih bebas dan bahkan tanpa malu malah mencalonkan diri untuk Pilpres 2014.

Masyarakat kini telah lupa akan inti Reformasi 1998. Reformasi menginginkan pemerintah yang transparan, bebas KKN dan menghargai HAM. Pemerintah yang menjadikan posisi wakil rakyat sebagai pengabdian, bukan profesi. Tapi, lihatlah. Pemerintah hanya menggantungkan kasus ini, karena mereka yang berkuasa, para otak pelaku, ingin masyarakat lupa. Mungkin itulah mengapa peristiwa 1998 dalam buku teks sejarah hanya sebegitu sedikit porsinya.


Tanpa sadar kita telah mengkhianati tujuan reformasi 1998. Tagar #MenolakLupa dikumandangkan berbagai orang yang masih peduli akan sejarah bangsa, dari mahasiswa yang 15 tahun lalu menyabung nyawa di tengah jalan, politikus, hingga LSM. Namun, mereka semua sepakat, tanpa adanya persatuan perjuangan oleh berbagai lapisan masyarakat, peringatan tahunan kasus 1998 menjadi cuma peringatan tanpa adanya perubahan. Mereka yang kini lupa, perlu untuk membuka mata hati, inilah sejarah kelam Indonesia. Karena bangsa yang melupakan sejarah, akan tergerus dan mati perlahan-lahan.


KEVIN SUCIANTO

Kami menantikan Kritik dan Saran Anda! Silahkan isi kuesioner kami disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar