5 Angkutan Umum yang Sudah dan Hampir Punah di Jakarta
FODIMers tentunya sudah sering melihat berbagai macam angkutan umum yang berseliweran di Jakarta bukan? Ada transjakarta, angkot, kopaja, bajaj, dan lain-lain. Akan tetapi, apakah FODIMers tahu kalau dulu di Jakarta ada berbagai macam angkutan umum yang sekarang sudah tidak lagi digunakan? Berikut adalah lima angkutan umum yang sudah dan hampir punah di Jakarta.
1. Helicak
Helicak merupakan gabungan kata helikopter dan becak. Dinamakan demikian karena bentuknya yang mirip kedua alat transportasi tersebut. Helicak pertama kali diluncurkan di Jakarta pada Maret 1971, saat pemerintahan Gubernur Ali Sadikin. Penumpang yang menaiki helicak akan duduk di dalam kabin dengan kerangka besi dan serat kaca yang ada di bagian depan. Hal ini membuat penumpang dipastikan terlindung dari panas dan hujan. Helicak mampu menampung dua penumpang dewasa beserta pengemudinya yang duduk di bagian belakang.
Kendaraan ini kemudian mulai menghilang ketika bajaj muncul. Hal ini dikarenakan pengusaha transportasi menilai bajaj lebih aman digunakan dibanding helicak. Selain itu sopir pun akan lebih nyaman karena tidak akan terkena panas matahari ataupun hujan. Kendaraan ini akhirnya dilarang untuk dioperasikan oleh Pemda DKI pada 1987.
2. Oplet
Oplet berarti mobil penumpang ukuran kecil. Mobil yang digunakan sebagai oplet adalah sedan buatan Inggris dengan ban yang telah dimodifikasi. Oplet mulai beroperasi di Jakarta sejak 1930. Awalnya, operasi oplet hanya terbatas pada daerah Jakarta Timur, namun kemudian meluas ke daerah lain dengan izin trayek resmi.
Oplet dibagi menjadi dua ruangan. Ruang pertama di bagian depan adalah untuk sopir dan seorang penumpang. Ruangan kedua adalah untuk penumpang. Lantai di ruangan penumpang terbuat dari kayu dengan atap dari seng dan rangka kayu. Sedangkan jendela oplet terbuat dari kayu dan plastik yang dibentangkan dan bisa dinaik-turunkan.
Pada tahun 1960-an dan 1970-an oplet merupakan kendaraan umum paling populer di Jakarta karena pada saat itu bus ukuran sedang dan besar masih jarang. Menjelang 1980, trayek-trayek mikrolet mulai dihapus dan digantikan fungsinya oleh kendaraan lain seperti Mikrolet, Metro Mini, dan Koperasi Wahana Kalpika (KWK).
3. Delman
Delman merupakan kereta dengan dua roda yang ditarik oleh kuda. Nama Delman berasal dari nama penemunya, Ir Charles Theodore Deeleman, seorang insinyur dan ahli irigasi yang memiliki bengkel besi di pesisir Batavia (sekarang Jakarta). Seorang kusir akan duduk di depan untuk mengendalikan jalannya kuda yang menarik delman, sedangkan penumpang duduk di belakang kusir. Awalnya, delman menggunakan ban besi, namun setelah jalanan diaspal, ban kuda diganti menjadi karet. Delman perlahan mulai ditinggalkan oleh warga Jakarta karena delman relatif lambat berjalannya dan membuat jalanan kotor karena kotoran kuda.
4. Trem
Trem sudah ada di Batavia (sekarang Jakarta) sejak pertengahan 1800 hingga 1900-an. Awalnya, muncul trem kuda yang mampu mengangkut 40 orang. Seiring perkembangan teknologi, keberadaan trem kuda digantikan dengan trem uap yang muncul sekitar 1881. Lokomotif yang dijalankan dengan ketel uap membuat trem memiliki rute yang lebih panjang.
Pada tahun 1900, trem uap diganti dengan trem listrik. Pada tahun 1950, ada sekitar 5 lintasan trem di Jakarta. Lintasan-lintasan itu antara lain melintasi Kampung Melayu, Jalan Cut Mutia, Jalan Tanah Abang Raya (sekarang Jalan Abdul Muis), Harmoni, dan Pasar Ikan.
Operasi trem ini kemudian dihentikan pada 1959. Alasan pengoperasian alat transportasi ini dihentikan tidak jelas. Firman Lubis yang merupakan anak Betawi, penulis buku 'Jakarta 1950-an, Kenangan Semasa Remaja' menduga penghentian pengoperasian trem dikarenakan trem sulit dioperasikan atau tidak ada dana untuk merawatnya.
5. Bus Tingkat
Bus tingkat adalah bus dengan dua lantai. Bus tingkat mampu mengangkut penumpang dua kali lipat dibanding bus biasa. Meskipun mampu mengangkut penumpan lebih banyak, namun bus tingkat memiliki banyak kelemahan.
Bus ini dinilai tidak stabil karena posisi titik beratnya tinggi, sehingga hanya sesuai dengan kondisi jalan yang datar. Selain itu, seiring perkembangan pembangunan di Jakarta tidak semua jalan bisa dilewati oleh bus tingkat. Contohnya, bus tingkat tidak bisa melewati terowongan karena akan tersangkut.
Kelemahan lain dari bus tingkat ini adalah penumpang berkebutuhan khusus sulit untuk naik ke lantai dua. Selain itu, bus ini jalannya lambat serta sistem mesin dibelakang dipercaya mengakibatkan mudah terbakar.
*Rev
sumber: http://news.detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar